ETIKA BISNIS
Pengertian Etika
Etika berasal dari bahasa Yunani
kuno, yaitu ethos yg berarti : kebiasaan/adat, akhlak,watak, perasaan, sikap,
cara berpikir.
*Menurut Kamus Bahasa Indonesia
(Poerwadarminta) etika adalah “ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak
(moral)”
* Menurut Drs. O.P.
SIMORANGKIR "etika atau etik
sebagai pandangan manusia dalam berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.
"
*Menurut Magnis Suseno,
"Etika adalah sebuah ilmu dan bukan sebuah ajaran.Yang memberi kita norma
tentang bagaimana kita harus hidup adalah moralitas".
contoh-contoh etika dlm kehidupan
sehari-hari,yaitu :
1. Jujur tidak berbohong
2. Bersikap Dewasa tidak
kekanak-kanakan
3. Lapang dada dalam
berkomunikasi
4. Menggunakan panggilan /
sebutan orang yang baik
5. Menggunakan pesan bahasa yang
efektif dan efisien
6. Tidak mudah emosi / emosional
7. Berinisiatif sebagai pembuka
dialog
8. Berbahasa yang baik, ramah dan
sopan
9. Menggunakan pakaian yang
pantas sesuai keadaan
10. Bertingkah laku yang baik
Pengertian Etika Bisnis
Etika bisnis merupakan studi yang
dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada
standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis
(Velasquez, 2005).
Dalam menciptakan etika bisnis,
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain adalah:
1. Pengendalian diri
2. Pengembangan tanggung jawab
social (social responsibility)
3. Mempertahankan jati diri dan
tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya perkembangan informasi dan
teknologi
4. Menciptakan persaingan yang
sehat
5. Menerapkan konsep “pembangunan
berkelanjutan”
6. Menghindari sifat 5K
(Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi, dan Komisi)
7. Mampu menyatakan yang benar
itu benar
8. Menumbuhkan sikap saling
percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan pengusaha ke bawah
9. Konsekuen dan konsisten dengan
aturan main yang telah disepakati bersama
10. Menumbuhkembangkan kesadaran
dan rasa memiliki terhadap apa yang telah disepakati
11. Perlu adanya sebagian etika
bisnis yang dituangkan dalam suatu hokum positif yang berupa peraturan
perundang-undangan
Ada 3 jenis masalah yang dihadapi dalam Etika yaitu
1. Sistematik
Masalah-masalah sistematik dalam
etika bisnis pertanyaan-pertanyaan etis yang muncul mengenai sistem ekonomi,
politik, hukum, dan sistem sosial lainnya dimana bisnis beroperasi.
2. Korporasi
Permasalahan korporasi dalam
perusahaan bisnis adalah pertanyaan-pertanyaan yang dalam perusahaan-perusahaan
tertentu. Permasalahan ini mencakup pertanyaan tentang moralitas aktivitas,
kebijakan, praktik dan struktur organisasional perusahaan individual sebagai
keseluruhan.
3. Individu
Permasalahan individual dalam
etika bisnis adalah pertanyaan yang muncul seputar individu tertentu dalam
perusahaan. Masalah ini termasuk pertanyaan tentang moralitas keputusan, tindakan
dan karakter individual.
Secara sederhana yang dimaksud
dengan etika bisnis adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang
mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan
individu, perusahaan, industri
dan juga masyarakat.
Kesemuanya ini mencakup bagaimana
kita menjalankan bisnis secara adil, sesuai dengan hukum yang berlaku, dan
tidak tergantung pada kedudukan individu ataupun perusahaan di masyarakat.
Etika bisnis lebih luas dari
ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan merupakan standar yang lebih tinggi
dibandingkan standar minimal ketentuan hukum, karena dalam kegiatan bisnis seringkali kita temukan wilayah
abu-abu yang tidak diatur oleh ketentuan hukum.
Von der Embse dan R.A. Wagley
dalam artikelnya di Advance Managemen Jouurnal (1988), memberikan tiga
pendekatan dasar dalam merumuskan tingkah laku etika bisnis, yaitu :
Utilitarian Approach : setiap tindakan harus didasarkan pada
konsekuensinya. Oleh karena itu, dalam bertindak seseorang seharusnya mengikuti
cara-cara yang dapat memberi manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat, dengan
cara yang tidak membahayakan dan dengan biaya serendah-rendahnya.
Individual Rights Approach :
setiap orang dalam tindakan dan kelakuannya memiliki hak dasar yang harus
dihormati. Namun tindakan ataupun tingkah laku tersebut harus dihindari apabila
diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan dengan hak orang lain.
Justice Approach : para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang
sama, dan bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan baik
secara perseorangan ataupun secara kelompok.
Etika bisnis dalam perusahaan
memiliki peran yang sangat penting, yaitu untuk membentuk suatu perusahaan yang
kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi serta mempunyai kemampuan menciptakan
nilai (value-creation) yang tinggi, diperlukan suatu landasan yang kokoh.
Contoh kasus etika bisnis:
1. Sebuah perusahaan pengembang
di Lampung membuat kesepakatan dengan sebuah perusahaan perusahaan kontraktor
untuk membangun sebuah pabrik. Sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati
pihak pengembang memberikan spesifikasi bangunan kepada pihak perusahaan
kontraktor tersebut. Dalam pelaksanaannya, perusahaan kontraktor menyesuaikan
spesifikasi bangunan pabrik yang telah dijanjikan. Sehingga bangunan pabrik
tersebut tahan lama dan tidak mengalami kerusakan. Dalam kasus ini pihak perusahaan
kontraktor telah mematuhi prinsip kejujuran karena telah memenuhi spesifikasi
bangunan yang telah mereka musyawarahkan bersama pihak pengembang.
2. Sebuah Yayasan Maju Selalu
menyelenggarakan pendidikan setingkat SMA. Pada tahun ajaran baru sekolah mengenakan
biaya sebesar Rp.500.000,- kepada setiap siswa baru. Pungutan sekolah ini
diinformasikan kepada mereka saat akan mendaftar,sehingga setelah
diterima,mereka harus membayarnya. Kemudian pihak sekolah memberikan informasi
ini kepada wali murid bahwa pungutan tersebut digunakan untuk biaya pembuatan
seragam sekolah yang akan dipakai oleh semua murid pada setiap hari rabu-kamis.
Dalam kasus ini Yayasan dan sekolah dapat dikategorikan mengikuti transparasi.
3. Pada tahun 1990 an, kasus yang
masih mudah diingat yaitu Enron. Bahwa Enron adalah perusahaan yang sangat
bagus dan pada saat itu perusahaan dapat menikmati booming industri energi dan
saat itulah Enron sukses memasok enegrgi ke pangsa pasar yang bergitu besar dan
memiliki jaringan yang luar biasa luas. Enron bahkan berhasil menyinergikan
jalur transmisi energinya untuk jalur teknologi informasi. Dan data yang ada
dari skilus bisnisnya, Enron memiliki profitabilitas yang cukup menggiurkan.
Seiring dengan booming indutri energi, akhirnya memosisikan dirinya sebagai
energy merchants dan bahkan Enron disebut sebagai ”spark spead” Cerita pada
awalnya adalah anggota pasar yang baik, mengikuti peraturan yang ada dipasar
dengan sebagaimana mestinya. Pada akhirnya Enron meninggalkan prestasi dan
reputasinya baik tersebut, karena melakukan penipuan dan penyesatan.. Sebagai
perusahaan Amerika terbesar ke delapan, Enron kemudian kolaps pada tahun 2001.
Seperti dilansir dari Business
Insider, Kamis (1/8/2013), peraturan dalam pergaulan sosial pasti agak berbeda
dengan standar pertemuan bisnis. Meski demikian, sekolah-sekolah bisnis jarang
membahas etika para profesional dalam berbisnis.
Barbara Pachter, penulis buku
'The Essentials Of Business Etiquette' menulis tentang sejumlah kemampuan
khusus yang perlu dipahami para profesional sebelum terjun ke dalam situasi
bisnis tertentu.Dia membahasnya secara terperinci
mulai dari bagaimana seseorang sebaiknya mengenalkan diri. Dari bukunya,
berikut enam etika bisnis yang harus dipahami dan dilakukan para profesional:
1. Sebutkan nama lengkap Anda
Dalam situasi bisnis, Anda
sebaiknya menyebutkan nama lengkap Anda saat berkenalan. Namun jika nama Anda
terlalu panjang atau sulit diucapkan, Anda lebih baik sedikit menyingkatnya.
2. Berdirilah saat memperkenalkan
diri
Berdiri saat mengenalkan diri
Anda akan menegaskan kehadiran Anda. Jika kondisinya tidak memungkinkan Anda
untuk berdiri, setidaknya mundurkan kursi, dan sedikit membungkuk agar orang
lain menilai positif kesopanan Anda.
3. Ucapkan Terima Kasih
secukupnya
Dalam percakapan bisnis dengan
siapapun, bos atau mitra perusahaan, Anda hanya perlu mengucapkan terima kasih
satu atau dua kali. Jika Anda mengatakannya berlebihan, orang lain akan
memandang Anda sangat memerlukannya dan sangat perlu bantuan.
4. Sebarkan ucapan terima kasih
lewat email setelah pertemuan bisnis
Setelah Anda menyelesaikan
pertemuan bisnis, kirimkan ucapan terima kasih secara terpisah ke email pribadi
rekan bisnis Anda. Pengiriman lewat email sangat disarankan, mengingat waktu
tibanya akan lebih cepat.
5. Jangan duduk sambil menyilang
kaki
Tak hanya wanita, para pria pun
senang menyilangkan kakinya saat duduk. Namun untuk kondisi kerja, posisi duduk
seperti ini cenderung tidak sopan. Selain itu, posisi duduk seperti ini juga
bisa berpengaruh negatif pada kesehatan Anda.
6. Tuan rumah yang harus membayar
Jika Anda mengundang rekan bisnis
Anda untuk makan di luar, maka Anda yang harus membayar tagihan. Lalu bagaimana
jika Anda seorang perempuan, sementara rekan bisnis atau klien Anda, laki-laki,
dan ingin membayar? Anda tetap harus menolaknya. Anda bisa mengatakan,
perusahaan yang membayarnya dan itu bukan uang pribadi Anda. (Sis/Igw)
ETIKA BISNIS DAN ISU TERKAIT
Menurut kamus, istilah etika
memiliki beragam makna berbeda. Salah satu maknanya adalah “prinsip tingkah
laku yang mengatur individu dan kelompok”. Makna kedua menurut kamus – lebih
penting – etika adalah “kajian moralitas”. Tapi meskipun etika berkaitan dengan
moralitas, namun tidak sama persis dengan moralitas. Etika adalah semacam
penelaahan, baik aktivitas penelaahan maupun hasil penelaahan itu sendiri,
sedangkan moralitas merupakan subjek.
A. Moralitas
Moralitas adalah pedoman yang
dimiliki individu atau kelompok mengenai apa itu benar dan salah, atau baik dan
jahat.
Pedoman moral mencakup
norma-norma yang kita miliki mengenai jenis-jenis tindakan yang kita yakini
benar atau salah secara moral, dan nilai-nilai yang kita terapkan pada objek-objek
yang kita yakini secara moral baik atau secara moral buruk. Norma moral seperti
“selalu katakan kebenaran”, “membunuh orang tak berdosa itu salah”. Nilai-nilai
moral biasanya diekspresikan sebagai pernyataan yang mendeskripsikan
objek-objek atau ciri-ciri objek yang bernilai, semacam “kejujuran itu baik”
dan “ketidakadilan itu buruk”. Standar moral pertama kali terserap ketika masa
kanak-kanak dari keluarga, teman, pengaruh kemasyarakatan seperti gereja,
sekolah, televisi, majalah, music dan perkumpulan.
Hakekat standar moral :
Standar moral berkaitan dengan
persoalan yang kita anggap akan merugikan secara serius atau benar-benar akan
menguntungkan manusia.
Standar moral tidak dapat ditetapkan atau
diubah oleh keputusan dewan otoritatif tertentu.
Standar moral harus lebih diutamakan daripada
nilai lain termasuk (khususnya) kepentingan diri.
Standar moral berdasarkan pada pertimbangan
yang tidak memihak.
Standar moral diasosiasikan
dengan emosi tertentu dan kosa kata tertentu.
Standar moral, dengan demikian,
merupakan standar yang berkaitan dengan persoalan yang kita anggap mempunyai
konsekuensi serius, didasarkan pada penalaran yang baik bukan otoritas,
melampaui kepentingan diri, didasarkan pada pertimbangan yang tidak memihak,
dan yang pelanggarannya diasosiasikan dengan perasaan bersalah dan malu dan
dengan emosi dan kosa kata tertentu.
B. Etika
Etika merupakan ilmu yang
mendalami standar moral perorangan dan standar moral masyarakat. Ia
mempertanyakan bagaimana standar-standar diaplikasikan dalam kehidupan kita dan
apakah standar itu masuk akal atau tidak masuk akal – standar, yaitu apakah
didukung dengan penalaran yang bagus atau jelek.
Etika merupakan penelaahan
standar moral, proses pemeriksaan standar moral orang atau masyarakat untuk
menentukan apakah standar tersebut masuk akal atau tidak untuk diterapkan dalam
situasi dan permasalahan konkrit. Tujuan akhir standar moral adalah mengembangkan
bangunan standar moral yang kita rasa masuk akal untuk dianut.
Etika merupakan studi standar
moral yang tujuan eksplisitnya adalah menentukan standar yang benar atau yang
didukung oleh penalaran yang baik, dan dengan demikian etika mencoba mencapai
kesimpulan tentang moral yang benar benar dan salah, dan moral yang baik dan
jahat.
C. Etika Bisnis
Etika bisnis merupakan studi yang
dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah.
Studi ini berkonsentrasi pada
standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku
bisnis.
Etika bisnis merupakan studi
standar formal dan bagaimana standar itu diterapkan ke dalam system dan
organisasi yang digunakan masyarakat modern untuk memproduksi dan
mendistribusikan barang dan jasa dan diterapkan kepada orang-orang yang ada di
dalam organisasi.
D. Penerapan Etika pada Organisasi Perusahaan
Dapatkan pengertian moral seperti
tanggung jawab, perbuatan yang salah dan kewajiban diterapkan terhadap kelompok
seperti perusahaan, ataukah pada orang (individu) sebagai perilaku moral yang
nyata?
Ada dua pandangan yang muncul atas masalah ini :
Ekstrem pertama, adalah pandangan yang
berpendapat bahwa, karena aturan yang mengikat, organisasi memperbolehkan kita
untuk mengatakan bahwa perusahaan bertindak seperti individu dan memiliki
tujuan yang disengaja atas apa yang mereka lakukan, kita dapat mengatakan
mereka bertanggung jawab secara moral untuk tindakan mereka dan bahwa tindakan
mereka adalah bermoral atau tidak bermoral dalam pengertian yang sama yang
dilakukan manusia.
Ekstrem kedua, adalah pandangan
filsuf yang berpendirian bahwa tidak masuk akal berpikir bahwa organisasi
bisnis secara moral bertanggung jawab karena ia gagal mengikuti standar moral
atau mengatakan bahwa organisasi memiliki kewajiban moral. Organisasi bisnis
sama seperti mesin yang anggotanya harus secara membabi buta mentaati peraturan
formal yang tidak ada kaitannya dengan moralitas. Akibatnya, lebih tidak masuk
akal untuk menganggap organisasi bertanggung jawab secara moral karena ia gagal
mengikuti standar moral daripada mengkritik organisasi seperti mesin yang gagal
bertindak secara moral.
Karena itu, tindakan perusahaan
berasal dari pilihan dan tindakan individu manusia, indivdu-individulah yang
harus dipandang sebagai penjaga utama kewajiban moral dan tanggung jawab moral
: individu manusia bertanggung jawab atas apa yang dilakukan perusahaan karena
tindakan perusahaan secara keseluruhan mengalir dari pilihan dan perilaku
mereka. Jika perusahaan bertindak keliru, kekeliruan itu disebabkan oleh
pilihan tindakan yang dilakukan oleh individu dalam perusahaan itu, jika
perusahaan bertindak secara moral, hal itu disebabkan oleh pilihan individu
dalam perusahaan bertindak secara bermoral.
E. Globalisasi, Perusahaan Multinasional dan Etika Bisnis
Globalisasi adalah proses yang
meliputi seluruh dunia dan menyebabkan system ekonomi serta sosial
negara-negara menjadi terhubung bersama, termasuk didalamnya barangbarang,
jasa, modal, pengetahuan, dan peninggalan budaya yang diperdagangkan dan saling
berpindah dari satu negara ke negara lain. Proses ini mempunyai beberapa
komponen, termasuk didalamnya penurunan rintangan perdagangan dan munculnya
pasar terbuka dunia, kreasi komunikasi global dan system transportasi seperti
internet dan pelayaran global, perkembangan organisasi perdagangan dunia (WTO),
bank dunia, IMF, dan lain sebagainya.
Perusahaan multinasional adalah
inti dari proses globalisasi dan bertanggung jawab dalam transaksi
internasional yang terjadi dewasa ini. Perusahaan multinasional adalah
perusahaan yang bergerak di bidang yang menghasilkan pemasaran, jasa atau
operasi administrasi di beberapa negara. Perusahaan multinasional adalah
perusahaan yang melakukan kegiatan produksi, pemasaran, jasa dan beroperasi di
banyak negara yang berbeda.
Karena perusahaan multinasional
ini beroperasi di banyak negara dengan ragam budaya dan standar yang berbeda,
banyak klaim yang menyatakan bahwa beberapa perusahaan melanggar norma dan
standar yang seharusnya tidak mereka lakukan.
F. Etika Bisnis dan Perbedaan Budaya
Relativisme etis adalah teori
bahwa, karena masyarakat yang berbeda memiliki keyakinan etis yang berbeda.
Apakah tindakan secara moral benar atau salah, tergantung kepada pandangan
masyarakat itu. Dengan kata lain, relativisme moral adalah pandangan bahwa
tidak ada standar etis yang secara absolute benar dan yang diterapkan atau
harus diterapkan terhadap perusahaan atau orang dari semua masyarakat.
Dalam penalaran moral seseorang,
dia harus selalu mengikuti standar moral yang berlaku dalam masyarakat manapun
dimana dia berada.
Pandangan lain dari kritikus
relativisme etis yang berpendapat, bahwa ada standar moral tertentu yang harus
diterima oleh anggota masyarakat manapun jika masyarakat itu akan terus
berlangsung dan jika anggotanya ingin berinteraksi secara efektif.
Relativisme etis mengingatkan
kita bahwa masyarakat yang berbeda memiliki keyakinan moral yang berbeda, dan
kita hendaknya tidak secara sederhana mengabaikan keyakinan moral kebudayaan
lain ketika mereka tidak sesuai dengan standar moral kita.
G. Teknologi dan Etika Bisnis
Teknologi yang berkembang di
akhir dekade abad ke-20 mentransformasi masyarakat dan bisnis, dan menciptakan
potensi problem etis baru. Yang paling mencolok adalah revolusi dalam
bioteknologi dan teknologi informasi. Teknologi menyebabkan beberapa perubahan
radikal, seperti globalisasi yang berkembang pesat dan hilangnya jarak,
kemampuan menemukan bentuk-bentuk kehidupan baru yang keuntungan dan resikonya
tidak terprediksi. Dengan perubahan cepat ini, organisasi bisnis berhadapan
dengan setumpuk persoalan etis baru yang menarik.
ARGUMEN YANG MENDUKUNG DAN YANG MENENTANG ETIKA BISNIS
Banyak yang keberatan dengan
penerapan standar moral dalam aktivitas bisnis. Bagian ini membahas
keberatan-keberatan tersebut dan melihat apa yang dapat dikatakan berkenaan
dengan kesetujuan untuk menerapkan etika ke dalam bisnis.
Tiga keberatan atas penerapan
etika ke dalam bisnis :
Orang yang terlibat dalam bisnis,
kata mereka hendaknya berfokus pada pencarian keuntungan finansial bisnis
mereka dan tidak membuang-buang energi mereka atau sumber daya perusahaan untuk
melakukan ”pekerjaan baik”. Tiga argumen diajukan untuk mendukung perusahaan
ini :
Pertama,
beberapa berpendapat bahwa di pasar bebas
kompetitif sempurna, pencarian keuntungan dengan sendirinya menekankan bahwa
anggota masyarakat berfungsi dengan cara-cara yang paling menguntungkan secara
sosial. Agar beruntung, masing-masing perusahaan harus memproduksi hanya apa
yang diinginkan oleh anggota masyarakat dan harus melakukannya dengan cara yang
paling efisien yang tersedia. Anggota masyarakat akan sangat beruntung jika
manajer tidak memaksakan nilai-nilai pada bisnis, namun mengabdikan dirinya
pada pencarian keuntungan yang berfokus.
Argumen tersebut menyembunyikan
sejumlah asumsi yaitu : Pertama, sebagian besar industri tidak ”kompetitif
secara sempurna”, dan sejauh sejauh perusahaan tidak harus berkompetisi, mereka
dapat memaksimumkan keuntungan sekalipun produksi tidak efisien. Kedua, argumen
itu mengasumsikan bahwa langkah manapun yang diambil untuk meningkatkan
keuntungan, perlu menguntungkan secara sosial, sekalipun dalam kenyataannya ada
beberapa cara untuk meningkatkan keuntungan yang sebenarnya merugikan
perusahaan : membiarkan polusi, iklan meniru, menyembunyikan cacat produksi,
penyuapan. Menghindari pajak, dsb. Ketiga, argumen itu mengasumsikan bahwa
dengan memproduksi apapun yang diinginkan publik pembeli, perusahaan
memproduksi apa yang diinginkan oleh seluruh anggota masyarakat, ketika
kenyataan keinginan sebagian besar anggota masyarakat (yang miskin dan dan
tidak diuntungkan) tidak perlu dipenuhi karena mereka tidak dapat
berpartisipasi dalam pasar. Keempat, argumen itu secara esensial membuat
penilaian normatif.
Kedua,
Kadang diajukan untuk menunjukan bahwa manajer
bisnis hendaknya berfokus mengejar keuntungan perusahaan mereka dan mengabaikan
pertimbangan etis, yang oleh Ale C. Michales disebut ”argumen dari agen yang
loyal”. Argumen tersebut secara sederhana adalah sbb :
Sebagai agen yang loyal dari
majikannya manajer mempunyai kewajiban untuk melayani majikannya ketika majikan
ingin dilayani (jika majikan memiliki keakhlian agen).
Majikan ingin dilayani dengan
cara apapun yang akan memajukan kepentingannya sendiri. Dengan demikian sebagai
agen yang loyal dari majikannya, manajer mempunyai kewajiban untuk melayani
majikannya dengan cara apapun yang akan memajukan kepentingannya.
Argumen agen yang loyal adalah
keliru, karena ”dalam menentukan apakah perintah klien kepada agen masuk akal
atau tidak... etika bisnis atau profesional harus mempertimbangkan” dan ”dalam
peristiwa apapun dinyatakan bahwa agen mempunyai kewajiban untuk tidak
melaksanakan tindakan yang ilegal atau tidak etis”. Dengan demikian, kewajiban
manajer untuk mengabdi kepada majikannya, dibatasi oleh batasan-batasan
moralitas.
Ketiga,
untuk menjadi etis cukuplah bagi orang-orang bisnis
sekedar mentaati hukum :
Etika bisnis pada dasarnya adalah
mentaati hukum.
Terkadang kita salah memandang
hukum dan etika terlihat identik. Benar bahwa hokum tertentu menuntut perilaku
yang sama yang juga dituntut standar moral kita. Namun demikian, hukum dan
moral tidak selalu serupa. Beberapa hukum tidak punya kaitan dengan moralitas,
bahkan hukum melanggar standar moral sehingga bertentangan dengan moralitas,
seperti hukum perbudakan yang memperbolehkan kita memperlakukan budak sebagai
properti. Jelas bahwa etika tidak begitu saja mengikuti hukum.
Namun tidak berarti etika tidak mempunyai kaitan
dengan hukum. Standar Moral kita kadang dimasukan ke dalam hukum ketika
kebanyakan dari kita merasa bahwa standar moral harus ditegakkan dengan
kekuatan sistem hukum sebaliknya hukum dikritik dan dihapuskan
ketika jelas-jelas melanggar standar moral.
Kasus etika dalam bisnis Etika seharusnya diterapkan dalam
bisnis dengan menunjukan bahwa etika mengatur semua aktivitas manusia yang
disengaja, dan karena bisnis merupakan aktitivitas manusia yang disengaja,
etika hendaknya juga berperan dalam bisnis. Argumen lain berpandangan bahwa,
aktivitas bisnis, seperti juga aktivitas manusia lainnya, tidak dapat eksis
kecuali orang yang terlibat dalam bisnis dan komunitas sekitarnya taat terhadap
standar minimal etika. Bisnis merupakan aktivitas kooperatif yang eksistensinya
mensyaratkan perilaku etis.
Dalam masyarakat tanpa etika,
seperti ditulis oleh filsuf Hobbes, ketidakpercayaan dan kepentingan diri yang
tidak terbatas akan menciptakan ”perang antar manusia terhadap manusia lain”,
dan dalam situasi seperti itu hidup akan menjadi ”kotor, brutal, dan dangkal”.
Karenanya dalam masyarakat seperti itu, tidak mungkin dapat melakukan aktivitas
bisnis, dan bisnis akan hancur. Katena bisnis tidak dapat bertahan hidup tanpa
etika, maka kepentingan bisnis yang paling utama adalah mempromosikan perilaku
etika kepada anggotanya dan juga masyarakat luas.
Etika hendaknya diterapkan dalam
bisnis dengan menunjukan bahwa etika konsisten dengan tujuan bisnis, khususnya
dalam mencari keuntungan. Contoh Merck dikenal karena budaya etisnya yang sudah
lama berlangsung, namun ia tetap merupakan perusahaan yang secara spektakuler
mendapatkan paling banyak keuntungan sepanjang masa.
Apakah ada bukti bahwa etika
dalam bisnis secara sistematis berkorelasi dengan profitabilitas? Apakah
Perusahaan yang etis lebih menguntungkan dapripada perusahaan lainnya ?
Beberapa studi menunjukan
hubungan yang positif antara perilaku yang bertanggung jawab secara sosial
dengan profitabilitas, beberapa tidak menemukan korelasi bahwa etika bisnis
merupakan beban terhadap keuntungan. Studi lain melihat, perusahaan yang
bertanggung jawab secara sosial bertransaksi di pasar saham, memperoleh
pengembalian yang lebih tinggi daripada perusahaan lainnya. Semua studi
menunjukan bahwa secara keseluruhan etika tidak memperkecil keuntungan, dan
tampak justru berkontribusi pada keuntungan.
Dalam jangka panjang, untuk
sebagian besar, lebih baik menjadi etis dalam bisnis dari pada tidak etis.
Meskipun tidak etis dalam bisnis kadang berhasil, namun perilaku tidak etis ini
dalam jangka panjang, cenderung menjadi kekalahan karena meruntuhkan hubungan
koperatif yang berjangka lama dengan pelanggan, karyawan dan anggota masyarakat
dimana kesuksesan disnis sangat bergantung.
Akhirnya kita harus mengetahui
ada banyak bukti bahwa sebagian besar orang akan menilai perilaku etis dengan
menghukum siapa saja yang mereka persepsi berperilaku tidak etis, dan
menghargai siapa saja yang mereka persepsi berperilaku etis. Pelanggan akan
melawan perusahaan jika mereka mempersepsi ketidakadilan yang dilakukan
perusahaan dalam bisnis lainnya, dan mengurangi minat mereka untuk membeli
produknya. Karyawan yang merasakan ketidakadilan, akan menunjukan absentisme
lebih tinggi, produktivitas lebih rendah, dan tuntutan upah lebih tinggi.
Sebaliknya, ketika karyawan percaya bahwa organisasi adil, akan senang
mengikuti manajer. Melakukan apapun yang dikatakan manajer, dan memandang
keputusan manajer sah. Ringkasnya, etika merupakan komponen kunci manajemen
yang efektif.
Dengan demikian, ada sejumlah
argumen yang kuat, yang mendukung pandangan bahwa etika hendaknya diterapkan
dalam bisnis.
CONTOH PELANGGARAN ETIKA BISNIS
Pelanggaran etika bisnis terhadap hukum
Sebuah perusahaan X karena kondisi perusahaan
yang pailit akhirnya memutuskan untuk Melakukan PHK kepada karyawannya. Namun
dalam melakukan PHK itu, perusahaan sama sekali tidak memberikan pesongan
sebagaimana yang diatur dalam UU No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan. Dalam
kasus ini perusahaan x dapat dikatakan melanggar prinsip kepatuhan terhadap
hukum.
Pelanggaran etika bisnis terhadap transparansi
Sebuah Yayasan X menyelenggarakan
pendidikan setingkat SMA. Pada tahun ajaran baru sekolah mengenakan biaya
sebesar Rp 500.000,- kepada setiap siswa baru. Pungutan sekolah ini sama sekali
tidak diinformasikan kepada mereka saat akan mendaftar, sehingga setelah
diterima mau tidak mau mereka harus membayar. Disamping itu tidak ada informasi
maupun penjelasan resmi tentang penggunaan uang itu kepada wali murid. Setelah
didesak oleh banyak pihak, Yayasan baru memberikan informasi bahwa uang itu
dipergunakan untuk pembelian seragama guru. Dalam kasus ini, pihak Yayasan dan
sekolah dapat dikategorikan melanggar prinsip transparansi
Pelanggaran etika bisnis terhadap
akuntabilitas
Sebuah RS Swasta melalui pihak Pengurus
mengumumkan kepada seluruh karyawan yang akan mendaftar PNS secara otomotais
dinyatakan mengundurkan diri. A sebagai salah seorang karyawan di RS Swasta itu
mengabaikan pengumuman dari pihak pengurus karena menurut pendapatnya ia
diangkat oleh Pengelola dalam hal ini direktur, sehingga segala hak dan
kewajiban dia berhubungan dengan Pengelola bukan Pengurus. Pihak Pengelola
sendiri tidak memberikan surat edaran resmi mengenai kebijakan tersebut. Karena
sikapnya itu, A akhirnya dinyatakan mengundurkan diri. Dari kasus ini RS Swasta
itu dapat dikatakan melanggar prinsip akuntabilitas karena tidak ada kejelasan
fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban antara Pengelola dan Pengurus Rumah
Sakit
Pelanggaran etika bisnis terhadap prinsip pertanggungjawaban
Sebuah perusahaan PJTKI di Jogja melakukan
rekrutmen untuk tenaga baby sitter. Dalam pengumuman dan perjanjian dinyatakan
bahwa perusahaan berjanji akan mengirimkan calon TKI setelah 2 bulan mengikuti
training dijanjikan akan dikirim ke negara-negara tujuan. Bahkan perusahaan tersebut
menjanjikan bahwa segala biaya yang dikeluarkan pelamar akan dikembalikan jika
mereka tidak jadi berangkat ke negara tujuan. B yang terarik dengan tawaran
tersebut langsung mendaftar dan mengeluarkan biaya sebanyak Rp 7 juta untuk
ongkos administrasi dan pengurusan visa dan paspor. Namun setelah 2 bulan
training, B tak kunjung diberangkatkan, bahkan hingga satu tahun tidak ada
kejelasan. Ketika dikonfirmasi, perusahaan PJTKI itu selalu berkilah ada
penundaan, begitu seterusnya. Dari kasus ini dapat disimpulkan bahwa Perusahaan
PJTKI tersebut telah melanggar prinsip pertanggungjawaban dengan mengabaikan
hak-hak B sebagai calon TKI yang seharusnya diberangnka ke negara tujuan untuk
bekerja.
Pelanggaran etika bisnis terhadap prinsip
kewajaran
Sebuah perusahaan property ternama di
Yogjakarta tidak memberikan surat ijin membangun rumah dari developer kepada
dua orang konsumennya di kawasan kavling perumahan milik perusahaan tersebut.
Konsumen pertama sudah memenuhi kewajibannya membayar harga tanah sesuai
kesepakatan dan biaya administrasi lainnya.Sementara konsumen kedua masih
mempunyai kewajiban membayar kelebihan tanah, karena setiap kali akan membayar
pihak developer selalu menolak dengan alasan belum ada ijin dari pusat
perusahaan (pusatnya di Jakarta). Yang aneh adalah di kawasan kavling itu hanya
dua orang ini yang belum mengantongi izin pembangunan rumah, sementara 30
konsumen lainnya sudah diberi izin dan rumah mereka sudah dibangun semuannya.
Alasan yang dikemukakan perusahaan itu adalah ingin memberikan pelajaran kepada
dua konsumen tadi karena dua orang ini telah memprovokasi konsumen lainnya
untuk melakukan penuntutan segera pemberian izin pembangunan rumah. Dari kasus
ini perusahaan property tersebut telah melanggar prinsip kewajaran (fairness)
karena tidak memenuhi hak-hak stakeholder (konsumen) dengan alasan yang tidak
masuk akal.
Pelanggaran etika bisnis terhadap prinsip kejujuran
Sebuah perusahaan pengembang di Sleman membuat
kesepakatan dengan sebuah perusahaan kontraktor untuk membangun sebuah
perumahan. Sesuai dengan kesepakatan pihak pengembang memberikan spesifikasi
bangunan kepada kontraktor. Namun dalam pelaksanaannya, perusahaan kontraktor
melakukan penurunan kualitas spesifikasi bangunan tanpa sepengetahuan perusahaan
pengembang. Selang beberapa bulan kondisi bangunan sudah mengalami kerusakan
serius. Dalam kasus ini pihak perusahaan kontraktor dapat dikatakan telah
melanggar prinsip kejujuran karena tidak memenuhi spesifikasi bangunan yang
telah disepakati bersama dengan perusahaan pengembang
Pelanggaran etika bisnis terhadap prinsip empati
Seorang nasabah, sebut saja X,
dari perusahaan pembiayaan terlambat membayar angsuran mobil sesuai tanggal
jatuh tempo karena anaknya sakit parah. X sudah memberitahukan kepada pihak
perusahaan tentang keterlambatannya membayar angsuran, namun tidak mendapatkan
respon dari perusahaan. Beberapa minggu setelah jatuh tempo pihak perusahaan
langsung mendatangi X untuk menagih angsuran dan mengancam akan mengambil mobil
yang masih diangsur itu. Pihak perusahaan menagih dengan cara yang tidak sopan
dan melakukan tekanan psikologis kepada nasabah. Dalam kasus ini kita dapat
mengakategorikan pihak perusahaan telah melakukan pelanggaran prinsip empati
pada nasabah karena sebenarnya pihak perusahaan dapat memberikan peringatan
kepada nasabah itu dengan cara yang bijak dan tepat.
DAFTAR PUSTAKA